Posts

Showing posts from July, 2016

Lelaki Tua yang Merindukan Bintang

Image
“Ya, tapi entah kenapa untuk itu, Tuhan harus meminta tumbal!” “Tumbal?” — Malam mengalun. Lampu pijar menerang susah payah sebuah teras rumah sederhana. Pada sebuah amben reyot seorang lelaki tua dan perempuan tua duduk. “Ceritakan padaku, apa yang kau lihat?” kata lelaki tua. Perempuan tua tua yang duduk di sampingnya memilin ujung baju abadinya, kebaya usang berwarna pudar. “Tak ada,” kata perempuan tua. “Gelap saja.” “Tak ada? Bulan tak ada? Bintang?” lelaki tua merasa tak yakin dengan jawaban yang ia dengar. “Mestinya ada. Tapi mendung sekarang ini, langit gelap sekali.” Lelaki tua terbatuk-batuk beberapa lama. Perempuan tua mengangsurkan padanya gelas berisi air teh pahit. “Aku masih ingat,” lelaki tua kembali berkata-kata di antara sisa-sisa batuknya baru saja. “Dulu aku selalu melihat bintang sampai jauh malam. Bintang adalah makan malam. Tidak benar-benar mengusir rasa lapar, tapi bisa membuat aku melupakan rasa lapar.” “Kau tadi mengunyah krowodan-mu. Kau tak sedan

Domba

Image
Pada waktu lampau jauh sebelum Abraham, di suatu daerah berdiri sebuah kerajaan. Raja memerintah dengan sangat baik. Rakyatnya makmur dan bahagia. Setiap hari raja dan rakyat berkumpul dan pesta bersama. Sungguh suatu kerajaan indah tanpa dukacita. Raja mempunyai putra, pangeran ini penuh dengan rasa ingin tahu. Dia berpikir adakah yg lebih baik dari yang selama ini dia rasakan? Adakah sesuatu yang lebih indah dari kerajaannya? Pangeran ini makin hari rasa ingin tahunya semakin besar, hingga suatu hari dia memutuskan untuk mencari jawaban atas ingin tahunya itu. Dia mengutarakan keinginannya kepada ayahnya, dia tetap tidak percaya ketika ayahnya berkata Kerajaan inilah yang terbaik. Karena sang Raja sangat sayang kepada putranya ini, maka diijinkanlah dia untuk pergi mencari jawaban atas pertanyaannya. Dibekalinya sang anak dengan uang yang berlimpah, dan apapun yang ingin dibawa oleh anaknya. Kepergian sang pangeran ini membuat sedih sang Raja dan seluruh rakyat, tetapi apa boleh bu

Keluarga itu, Keluarga Baiti

Image
Sabtu, 09 Juni 2012 07.10 wib. Tiba2 hp-ku berdering. Satu panggilan dari nomor kamu. Seketika q angkat. Dan kamu hanya miscall. Aku terbangun dari tidurku. Ada 3 sms. Satu dari kamu dan dua lagi dari nomer tak dikenal. 085376394*** “Assalam. Mas Slamet dimana…???” 087879428*** “Mas… kalo bisa nanti siang ke HMJ ya.. Ada yg mau dibicarakan. Penting.” My Sweety “Mas bangun mas. Dah siang nich. Kita kan mau pulang ke rumah adex.” Aku lupa jika tadi malam aku janji mau nganter kamu pulang. Tanpa menghiraukan 2 sms yang lain aku langsung mandi. Secepat mungkin. Dan selesai. Selanjutnya dengan kecepatan 100KM/Jam aku menuju kosmu. Dan 10 menit kemudian aku telah sampai di depan kosmu. Tidak ada kamu. Tidak ada siapa2 di depan sini. Suasana masih sangat lengang di pagi ini. Akhirnya Ku ambil hanphone untuk menghubungimu. Tapi ternyata ada sms darimu lagi. My Sweety “Bo”k yok mas”…….. Aku hanya tersenyum membacanya. Sembari berpikir kalo2 kamu merajuk karena aku telat datang.

Wiro Sableng #96 : Utusan Dari Akhirat

Image
WIRO SABLENG Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212 Karya: Bastian Tito Episode : TUA GILA DARI ANDALAS SATU Hujan lebat mendera kawasan Teluk Penanjung, Pangandaran. Angin dari laut bertiup kencang laksana hendak membongkar gugusan bukit-bukit karang. Awan hitam yang terus menggantung di udara membuat suasana menjadi gelap seperti . "Dari arah timur teluk, di antara deru hujan dan hembusan angin kencang serta gelegar ombak terdengar derap kaki kuda yang sesekali dihantui oleh suara ringkikan keras. Tak selang berapa lama, dalam cuaca yang sangat buruk itu di kejauhan tampak seekor kuda betina hitam berlari seperti gila, melompat kesetanan dan meringkik tiada henti. Penunggangnya seorang pemuda bertubuh kokoh mencekal tali kekang erat-erat, berusaha mengendalikan binatang itu. "Walet hitam!" si pemuda berseru menyebut nama kuda tunggangannya. "Apa yang terjadi denganmu! Tahan larimu! Kau hendak membunuhku?!" Dengan tangan kirinya pemuda ini berusaha mengel

Lelaki Paruh Baya di Sekolah Tua

Image
Kaki kecil nya tak pernah letih untuk melangkah menuju sekolah tua itu. Seperti gubuk yang telah lama ditinggal oleh penghuninya. Meja dan kursi enggan menyatu dengan kakinya. Papan tulis hitam di dinding masih berdebu oleh kapur. Loteng triplek yang lepas melambai-lambai diatas kepala lelaki paruh baya itu. Dinding yang terbuat dari papan mulai berlubang dimakan rayap. Namun, semua itu tak menyurutkan langkahnya untuk berbagi ilmu dengan murid-muridnya. Umur lelaki paruh baya itu sekitar 52 tahun. Tangan dan pipinya sudah mulai keriput bahkan giginya telah mulai rontok satu persatu. Pagi itu jam menunjuk angka 7, lelaki paruh baya itu bergegas mandi dan bersiap-siap untuk menuju sekolah tua tempat ia mengabdi. Baju yang berlubang-lubang bekas abu rokok yang menjadi ukiran yang unik selalu ia kenakan. Dengan sigap dan lincah, kaki kecilnya berjalan menyusuri tanah yang berdebu dan berlubang-lubang. Kadang kakinya tersandung batu-batu yang tergelatak dijalan. Namun senyum dan tegur s

Meja Kayu

Image
Suatu ketika, ada seorang kakek yang harus tinggal dengan anaknya. Selain itu, tinggal pula menantu, dan anak mereka yang berusia 6 tahun. Tangan orangtua ini begitu rapuh, dan sering bergerak tak menentu. Penglihatannya buram, dan cara berjalannya pun ringkih. Keluarga itu biasa makan bersama diruang makan. Namun, sang orangtua yang pikun ini sering mengacaukan segalanya. Tangannya yang bergetar dan mata yang rabun, membuatnya susah untuk menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh ke bawah. Saat si kakek meraih gelas, segera saja susu itu tumpah membasahi taplak. Anak dan menantunya pun menjadi gusar. Mereka merasa direpotkan dengan semua ini. "Kita harus lakukan sesuatu," ujar sang suami. "Aku sudah bosan membereskan semuanya untuk pak tua ini." Lalu, kedua suami-istri ini pun membuatkan sebuah meja kecil di sudut ruangan. Disana, sang kakek akan duduk untuk makan sendirian, saat semuanya menyantap makanan. Karena sering memecahkan piring, keduanya juga